Rabu, 24 Juni 2015

Palembang Kota Asalku


Kota Palembang adalah ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang adalah kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Kota Palembang memiliki luas wilayah 358,55 km² yang dihuni 1,7 juta orang dengan kepadatan penduduk 4.800 per km². Diprediksikan pada tahun 2030 mendatang Kota ini akan dihuni 2,5 Juta orang.
Sejarah Palembang yang pernah menjadi ibu kota kerajaan bahari Buddha terbesar di Asia Tenggara pada saat itu, Kerajaan Sriwijaya , yang mendominasi Nusantara  dan Semenanjung Malaya pada abad ke-9 juga membuat kota ini dikenal dengan julukan "Bumi Sriwijaya". Berdasarkan prasasti kedukan bukit yang ditemukan di bukit siguntang sebelah barat Kota Palembang yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota pada tanggal 17 juni 688   Masehi menjadikan kota Palembang sebagai kota tertua di Indonesia. Di dunia barat, kota Palembang juga dijuluki Venice of the East ("Venesia dari Timur").



Jembatan ampera, ikon Kota Palembang.
Saat ini Wali Kota Palembang dijabat oleh H. Romi Herton, SH, MH dan H. Harnojoyo, S.S
.1  Rumah adat Palembang Rumah Limas


Rumah adat / rumah tradisional orang Palembang mempunyai sebutan Rumah Bari yang  benama asli Rumah Limas, pada umumnya berbentuk dasar hampir sama dengan rumah-rumah adat yang ada di sebagian daerah di Nusantara, yaitu rumah panggung, dan material yang digunakan pada umumnya dari kayu.
Bagi pemilik rumah yang masih memerhatikan perbedaan kasta dalam keturunan adat Palembang, mereka akan membuat lantai bertingkat untuk menyesuaikan kasta tersebut. 

2.2 Pakaian adat Palembang Kain Songket Palembang


Mode Dengan Kain Songket Palembang merupakan sejenis kain tenun tradisional yang dibuat / ditenun dengan menggunakan tangan (handmade). Kain songket Palembang ini biasa digunakan di acara - acara resmi. Bahan utama dari pembuatan kain songket Palembang ini berupa benang emas dan benang perak sehingga kain songket Palembang ini memang akan terlihat sangat “blink-blink” dan mewah.  Mode dengan kain songket Palembang tidak hanya digunakan sebagai bahan dasar pakaian saja. Namun Mode Dengan Kain Songket Palembang terkadang juga digunakan sebagai bahan pembuatan aksesoris rumah yang dipajang di dinding rumah atau yang biasa disebut dengan tapestry.


2.3 Seni Musik Tradisional Palembang Jidur 


 Musik Jidur sudah terkenal di seluruh Sumatera Selatan, entah kapan lahirnya musik ini. Nama musik Jidur ini di bawa oleh kaum kolonial yang akhirnya menjadi musik kolonial. Musik ini sering di bawakan pada saat acara pernikahan dan acara perayaan lainnya. Musik Jidur seirng di sebut juga dengan “Musik B’las” karena di mainkan oleh belasan orang dan ada juga yang menyebut Musik Jidur sebagai “Musik Brass” yang artinya kesenian musik yang alat musiknya merupakan alat tiup yang berasal dari logam. Disebut musik jidur karena musik ini sering di pakai untuk mengiringi (Ngarak) pengantin dan yang paling menonjol pada jidur ini adalah alat musik yang bulat dan besar yang di pikul oleh 2 orang, dan kalau di tabuh berbunyi “Dur….Dur…Dur” sehingga suasana lebih meriah.
Awalnya kesenian ini memerlukan 14 orang untuk memainkan 14 alat musik yang terdiri dari :
  • 2 Buah Terompet
  • 2 Buah Sak Alto / Saxopone Alto
  • 1 Buah F Larinet / Clarinet
  • 1 Buah Tenor Sak / Saxopone Tenor
  • 1 Buah Bariton / Bariton Horn
  • 1 Buah Tenor / Tenor Horn
  • 3 Buah Alt Horn / Alto Horn
  • 1 Buah Bass /Shau Shophon
  • 1 Buah Tambur / Snare Dram
  • 1 Buah Jidur / Bass Dram
  2.4 Sejarah Kesenian dan Budaya Palembang 

Sejarah tua Palembang serta masuknya para pendatang dari wilayah lain, telah menjadikan kota ini sebagai kota multi-budaya. Sempat kehilangan fungsi sebagai pelabuhan besar, penduduk kota ini lalu mengadopsi budaya Melayu pesisir, kemudian Jawa. Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam budayanya. Salah satunya adalah bahasa. Kata-kata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu contohnya. Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas/Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa. 
Kota Palembang juga selalu mengadakan berbagai festival setiap tahunnya antara lain "Festival Sriwijaya" setiap bulan Juni dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Palembang, Festival Bidar dan Perahu Hias merayakan Hari Kemerdekaan, serta berbagai festival memperingati Tahun Baru Hijriah, Bulan Ramadhan dan Tahun Baru Masehi. 
Kesenian yang terdapat di Palembang antara lain:
  • Festival perahu hias dan lomba bidar di Sungai Musi
  • Kesenian Dul Muluk (pentas drama tradisional khas Palembang)
  • Tari-tarian seperti Gending Sriwijaya yang diadakan sebagai penyambutan kepada tamu-tamu dan tari Tanggai yang diperagakan dalam resepsi pernikahan.
  • Syarofal Anam adalah kesenian Islami yang dibawa oleh para saudagar Arab dulu, dan menjadi terkenal di Palembang oleh KH. M Akib, Ki Kemas H. Umar dan S. Abdullah bin Alwi Jamalullail.
  • Lagu Daerah seperti Melati Karangan, Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut dan Ribang Kemambang.
  • Letak geografis dari Palembang dibelah oleh sungai Musi dan dikelilingi ratusan anak sungai, rawa-rawa di sebagian besar wilayah daratannya. Pada tepian sungai banyak terdapat Rumah Limas yang pintunya menghadab ke sungai, dan alat transportasi air seperti perahu, kapal dan getek menjadi alat transportasi utama yang banyak digunakan mayarakat di tepian sungai.

MAKANAN KHAS PALEMBANG


Selain pempek dari palembang, ternyata palembang masih menyimpan beberapa makanan khas lainnya yang tentunya seru dan enak-enak juga. Berikut 10 makanan khas dari palembang :


1. PEMPEK



Pempek, makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu, masyarakat Palembang telah berhasil mengembangkan bahan dasar tersebut menjadi beragam jenis pempek dengan memvariasikan isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan, maupun tahu pada bahan dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang terdapat di Palembang antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting, pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek lenggang, pempek panggang, pempek belah dan pempek otak - otak. Sebagai pelengkap menyantap pempek, masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe dan udang kering yang oleh masyarakat setempat disebut saus cuka (cuko).
2. TEKWAN

Tekwan, makanan khas Palembang dengan tampilan mirip sup ikan berbahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil - kecil mirip bakso ikan yang kemudian ditambahkan kaldu udang sebagai kuah, serta soun dan jamur kuping sebagai pelengkap.

3. Tempoyak



Tempoyak, makanan khas Palembang yang berbahan dasar daging durian yang ditumis beserta irisan cabai dan bawang, bentuknya seperti saus dan biasa disantap sebagai pelengkap makanan, rasanya unik dan gurih.

4. Kue Maksuba



Kue Maksubah, kue khas Palembang yang berbahan dasar utama telur bebek dan susu kental manis. Dalam pembuatannya telur yang dibutuhkan dapat mencapai sekitar 28 butir. Adonan kemudian diolah mirip adonan kue lapis. Rasanya enak, manis dan legit. Kue ini dipercaya sebagai salah satu sajian istana Kesultanan Palembang yang seringkali disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan. Namun saat ini kue maksubah dapat ditemukan di seluruh Palembang dan sering disajikan di hari raya.

5. Pindang Tulang

Pindang Tulang, berbahan dasar tulang sapi dengan sedikit daging yang masih menempel dan sumsum di dalam tulang, direbus dengan bumbu pedas, sama halnya dengan pindang patin, makanan ini nikmat disantap sebagai lauk dengan nasi putih hangat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar