Kota
Palembang adalah ibu
kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang
adalah kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Kota Palembang memiliki luas
wilayah 358,55 km² yang dihuni 1,7 juta orang dengan kepadatan penduduk 4.800
per km². Diprediksikan pada tahun 2030 mendatang Kota ini akan dihuni 2,5
Juta orang.
Sejarah
Palembang yang pernah menjadi ibu kota kerajaan bahari Buddha terbesar di Asia
Tenggara pada saat itu, Kerajaan Sriwijaya , yang mendominasi Nusantara dan Semenanjung Malaya pada abad ke-9 juga membuat kota ini dikenal
dengan julukan "Bumi Sriwijaya". Berdasarkan prasasti kedukan bukit yang
ditemukan di bukit siguntang sebelah barat Kota Palembang yang
menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota pada tanggal 17 juni 688 Masehi menjadikan kota Palembang sebagai kota tertua
di Indonesia. Di dunia barat, kota Palembang juga dijuluki Venice
of the East ("Venesia dari Timur").
Jembatan ampera, ikon Kota
Palembang.
Saat ini
Wali Kota Palembang dijabat oleh H. Romi Herton, SH, MH dan H. Harnojoyo, S.S
.1 Rumah adat Palembang Rumah Limas
Rumah adat /
rumah tradisional orang Palembang mempunyai sebutan Rumah Bari yang
benama asli Rumah Limas,
pada umumnya berbentuk dasar hampir sama dengan rumah-rumah adat yang ada di
sebagian daerah di Nusantara, yaitu rumah panggung, dan material yang digunakan
pada umumnya dari kayu.
Bagi pemilik
rumah yang masih memerhatikan perbedaan kasta dalam keturunan adat Palembang,
mereka akan membuat lantai bertingkat untuk menyesuaikan kasta tersebut.
2.2 Pakaian adat Palembang Kain
Songket Palembang
Mode Dengan Kain Songket Palembang
merupakan sejenis kain tenun tradisional yang dibuat / ditenun dengan
menggunakan tangan (handmade). Kain songket Palembang ini biasa digunakan di
acara - acara resmi. Bahan utama dari pembuatan kain songket Palembang ini
berupa benang emas dan benang perak
sehingga kain songket Palembang ini memang akan terlihat sangat “blink-blink”
dan mewah. Mode dengan kain songket Palembang tidak hanya digunakan
sebagai bahan dasar pakaian saja. Namun Mode Dengan Kain Songket Palembang terkadang juga digunakan
sebagai bahan pembuatan aksesoris rumah yang dipajang di dinding rumah atau
yang biasa disebut dengan tapestry.
2.3 Seni Musik Tradisional Palembang
Jidur
Musik Jidur sudah terkenal di seluruh Sumatera
Selatan, entah kapan lahirnya musik ini. Nama musik Jidur ini di bawa oleh kaum
kolonial yang akhirnya menjadi musik kolonial. Musik ini sering di bawakan pada
saat acara pernikahan dan acara perayaan lainnya. Musik Jidur seirng di sebut
juga dengan “Musik B’las” karena di mainkan oleh belasan orang dan ada juga
yang menyebut Musik Jidur sebagai “Musik Brass” yang artinya kesenian musik
yang alat musiknya merupakan alat tiup yang berasal dari logam. Disebut musik
jidur karena musik ini sering di pakai untuk mengiringi (Ngarak) pengantin dan
yang paling menonjol pada jidur ini adalah alat musik yang bulat dan besar yang
di pikul oleh 2 orang, dan kalau di tabuh berbunyi “Dur….Dur…Dur” sehingga
suasana lebih meriah.
Awalnya kesenian ini memerlukan 14
orang untuk memainkan 14 alat musik yang terdiri dari :
- 2 Buah Terompet
- 2 Buah Sak Alto / Saxopone Alto
- 1 Buah F Larinet / Clarinet
- 1 Buah Tenor Sak / Saxopone Tenor
- 1 Buah Bariton / Bariton Horn
- 1 Buah Tenor / Tenor Horn
- 3 Buah Alt Horn / Alto Horn
- 1 Buah Bass /Shau Shophon
- 1 Buah Tambur / Snare Dram
- 1 Buah Jidur / Bass Dram
2.4 Sejarah Kesenian dan Budaya
Palembang
Sejarah tua Palembang serta masuknya para pendatang dari wilayah lain, telah menjadikan kota ini sebagai kota multi-budaya. Sempat kehilangan fungsi sebagai pelabuhan besar, penduduk kota ini lalu mengadopsi budaya Melayu pesisir, kemudian Jawa. Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam budayanya. Salah satunya adalah bahasa. Kata-kata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu contohnya. Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas/Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa.
Kota Palembang juga selalu mengadakan berbagai festival setiap tahunnya antara lain "Festival Sriwijaya" setiap bulan Juni dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Palembang, Festival Bidar dan Perahu Hias merayakan Hari Kemerdekaan, serta berbagai festival memperingati Tahun Baru Hijriah, Bulan Ramadhan dan Tahun Baru Masehi.
Kesenian yang terdapat di Palembang antara lain:
Sejarah tua Palembang serta masuknya para pendatang dari wilayah lain, telah menjadikan kota ini sebagai kota multi-budaya. Sempat kehilangan fungsi sebagai pelabuhan besar, penduduk kota ini lalu mengadopsi budaya Melayu pesisir, kemudian Jawa. Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam budayanya. Salah satunya adalah bahasa. Kata-kata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu contohnya. Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas/Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa.
Kota Palembang juga selalu mengadakan berbagai festival setiap tahunnya antara lain "Festival Sriwijaya" setiap bulan Juni dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Palembang, Festival Bidar dan Perahu Hias merayakan Hari Kemerdekaan, serta berbagai festival memperingati Tahun Baru Hijriah, Bulan Ramadhan dan Tahun Baru Masehi.
Kesenian yang terdapat di Palembang antara lain:
- Festival perahu hias dan lomba bidar di Sungai Musi
- Kesenian Dul Muluk (pentas drama tradisional khas Palembang)
- Tari-tarian seperti Gending Sriwijaya yang diadakan sebagai penyambutan kepada tamu-tamu dan tari Tanggai yang diperagakan dalam resepsi pernikahan.
- Syarofal Anam adalah kesenian Islami yang dibawa oleh para saudagar Arab dulu, dan menjadi terkenal di Palembang oleh KH. M Akib, Ki Kemas H. Umar dan S. Abdullah bin Alwi Jamalullail.
- Lagu Daerah seperti Melati Karangan, Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut dan Ribang Kemambang.
- Letak geografis dari Palembang dibelah oleh sungai Musi dan dikelilingi ratusan anak sungai, rawa-rawa di sebagian besar wilayah daratannya. Pada tepian sungai banyak terdapat Rumah Limas yang pintunya menghadab ke sungai, dan alat transportasi air seperti perahu, kapal dan getek menjadi alat transportasi utama yang banyak digunakan mayarakat di tepian sungai.
MAKANAN KHAS PALEMBANG
Selain pempek dari palembang, ternyata palembang masih menyimpan beberapa makanan khas lainnya yang tentunya seru dan enak-enak juga. Berikut 10 makanan khas dari palembang :
1. PEMPEK
Pempek, makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu, masyarakat Palembang telah berhasil mengembangkan bahan dasar tersebut menjadi beragam jenis pempek dengan memvariasikan isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan, maupun tahu pada bahan dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang terdapat di Palembang antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting, pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek lenggang, pempek panggang, pempek belah dan pempek otak - otak. Sebagai pelengkap menyantap pempek, masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe dan udang kering yang oleh masyarakat setempat disebut saus cuka (cuko).
2. TEKWAN
Tekwan, makanan khas Palembang dengan tampilan mirip sup ikan berbahan dasar
daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil - kecil mirip bakso ikan yang kemudian
ditambahkan kaldu udang sebagai kuah, serta soun dan jamur kuping sebagai
pelengkap.
3. Tempoyak
Tempoyak, makanan khas Palembang yang berbahan dasar daging durian yang ditumis beserta irisan cabai dan bawang, bentuknya seperti saus dan biasa disantap sebagai pelengkap makanan, rasanya unik dan gurih.
4. Kue Maksuba
Kue Maksubah, kue khas Palembang yang berbahan dasar utama telur bebek dan susu kental manis. Dalam pembuatannya telur yang dibutuhkan dapat mencapai sekitar 28 butir. Adonan kemudian diolah mirip adonan kue lapis. Rasanya enak, manis dan legit. Kue ini dipercaya sebagai salah satu sajian istana Kesultanan Palembang yang seringkali disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan. Namun saat ini kue maksubah dapat ditemukan di seluruh Palembang dan sering disajikan di hari raya.
5. Pindang Tulang
3. Tempoyak
Tempoyak, makanan khas Palembang yang berbahan dasar daging durian yang ditumis beserta irisan cabai dan bawang, bentuknya seperti saus dan biasa disantap sebagai pelengkap makanan, rasanya unik dan gurih.
4. Kue Maksuba
Kue Maksubah, kue khas Palembang yang berbahan dasar utama telur bebek dan susu kental manis. Dalam pembuatannya telur yang dibutuhkan dapat mencapai sekitar 28 butir. Adonan kemudian diolah mirip adonan kue lapis. Rasanya enak, manis dan legit. Kue ini dipercaya sebagai salah satu sajian istana Kesultanan Palembang yang seringkali disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan. Namun saat ini kue maksubah dapat ditemukan di seluruh Palembang dan sering disajikan di hari raya.
5. Pindang Tulang
Pindang Tulang, berbahan dasar tulang sapi dengan sedikit daging yang masih menempel dan sumsum di dalam tulang, direbus dengan bumbu pedas, sama halnya dengan pindang patin, makanan ini nikmat disantap sebagai lauk dengan nasi putih hangat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar